Perbandingan Sinoptik: Yesus Menyembuhkan Orang Buta di Yerikho
dalam Mat 20:29-34, Mrk 10:46-52, dan Luk 18:35-43
2.1.2 Tanggapan Yesus dan Penyembuhan (The Healing)[26]
a)
Tanggapan
Yesus
Ketiga Injil
menampilkan cara yang berbeda perihal proses bagaimana Yesus menanggapi orang
buta tersebut. Matius menggambarkan bahwa Yesus berhenti dan memanggil orang
buta tersebut secara langsung. Sementara itu, Markus dan Lukas melukiskan bahwa
Yesus menyuruh orang lain untuk memanggil orang buta. Kemungkinan, Matius
meninggalkan rangkaian dialog dalam Mrk 10:49-50 untuk menghemat kata-kata
(sebab ketika itu media penulisan Injil cukup mahal)[1].
Kita perlu ingat juga bahwa Markus memiliki gaya menulis yang lebih naratif, sedangkan
Matius lebih sistematis (yang terutama pesan Injil ditangkap oleh sidang
pembaca).
Markus dan
Lukas menggambarkan bahwa Yesus meminta orang lain untuk memanggil orang yang
buta itu. Markus menggunakan kalimat: Lalu Yesus berhenti dan berkata, “Panggil
dia”. Dan mereka memanggil orang buta. Markus bermaksud menunjukkan kuasa Yesus
terhadap mereka yang sebelumnya telah mencoba menyuruh Bartimeus diam dan mengantisipasi
bahwa mereka harus menjadi pembawa pesannya.[2]
Sementara itu, meskipun Lukas menggunakan cara yang sama dengan Markus, hanya
saja ia menghilangkan detail Mrk 10:49-50. Kemungkinan, Lukas juga bermaksud
menghemat kata-kata yang ditulis atas alasan ekonomis.[3]
Markus
memiliki sebuah deskripsi khusus tentang orang buta. Markus melukiskan bahwa
orang buta itu menanggalkan jubahnya dan segera mendapatkan Yesus. Bagian ini
merupakan konsekuensi dari gaya penulisan Markus yang hidup (inggris: vivid).[4]
Gaya penulisan yang hidup seperti Markus kurang diminati oleh Matius dan Lukas.
Akibatnya, Matius dan Lukas meninggalkan deskripsi pada bagian ini. Namun,
Markus mendeskripsikan hal tersebut bukannya tanpa makna. Diduga, aktivitas
orang buta yang menanggalkan pakainnya merupakan simbol melepaskan diri dari
cara hidup lama.[5]
Setelah orang
buta menghadap-Nya, Yesus menyampaikan tanggapan-Nya dengan bertanya: “Apa yang
kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Pertanyaan ini kita temukan sama dalam
ketiga Injil (Mat 20:32; Mrk 10:51; Luk 18:41). Sebenarnya, Yesus sudah tahu
keinginan orang buta, tetapi kemungkinan besar, Yesus menginginkan supaya
permintaan tersebut diutarakan oleh orang buta itu.[6]
Atau kemungkinan lain, Yesus terlebih dahulu berdialog sebelum menyembuhkan
agar Ia dapat berelasi secara personal dengan orang buta tersebut.[7]
Pertanyaan Yesus mungkin juga menjadi cara bagi Yesus untuk memberi kekuatan
bagi orang buta agar ia percaya.[8]
b)
Permohonan
Orang Buta
Pada intinya,
ketiga Injil melukiskan permohonan yang sama yang diajukan oleh orang buta
yaitu supaya ia dapat melihat. Hanya saja, ada sebuah perbedaan antara
Matius-Lukas dan Markus yaitu pada julukan yang diberikan kepada Yesus. Matius
dan Lukas menggunakan seruan Tuhan, sedangkan Markus menggunakan Rabuni.
Pada Markus,
kata Rabuni merupakan bentuk yang lebih tinggi daripada sekedar Rabi. Sementara
itu, dalam Lukas, penyebutan kata Tuhan bertujuan untuk membandingkannya dengan
ungkapan Anak Daud.[9].
Selain itu, pada dasarnya, tidak pernah Lukas menggunakan kata Rabuni untuk
menunjuk kepada Yesus. Matius juga sejalan dengan Lukas yaitu ia lebih memilih
kata kyrios daripada Rabuni. Dalam
konteks Matius, kemungkinan besar Matius ingin menunjukkan bahwa orang buta
tersebut beriman, sebab dalam Matius hanya orang yang percayalah yang memanggil
Yesus dengan sebutan Tuhan.[10]
Permohonan
orang buta dalam ketiga Injil hanya satu yaitu supaya ia dapat melihat. Markus
menggunakan kata anablepein yang
menunjuk pada konteks mendapatkan kembali pengelihatan yang pernah hilang. Di
sini, Markus juga menyisipkan maksud implisit yaitu penyembuhan Bartimeus
adalah penyembuhan untuk melihat baik secara fisik maupun rohani.[11]
Sementara itu, Matius menghubungkan permintaan untuk melihat dengan nubuat nabi
Yesaya, “Pada harinya… mata orang buta akan melihat” (Yes 29:18). Kisah ini,
pada keseluruhannya sangat erat hubungannya dengan warta mesianis Yesus.
c)
Sikap
Yesus dan Penyembuhan
Atas
permohonan orang buta tersebut, ketiga Injil menampilkan sikap yang serupa dari
Yesus yaitu mengabulkan permohonan. Hanya saja, ketiga Injil menampilkannya
dengan gaya tulisan mereka masing-masing. Matius menggambarkan dengan lebih
emosional. Matius melukiskan bahwa Yesus tergerak hati-Nya dan menjamah orang
buta tersebut (healing touch).
Ketergerakan hati Yesus, oleh Matius dilukiskan sebagai refleksi kedalaman
relasi Yesus dengan orang yang disembuhkannya. Sementara, tindakan menyentuh
merupakan implikasi dari karakter tulisan Matius yang lebih tertarik
menampilkan Yesus yang berkarya lewat tindakan dan kata-kata.[12]
Dibandingkan dua Injil lain, Matius menghilangkan detail ungkapan: “imanmu
telah menyelamatkan engkau!”. Ungkapan ini, oleh Matius, diganti dengan
ungkapan implisit dalam seruan orang buta (Mat 20:30 dan 20:33).
Markus dan Lukas
menggunakan formula ungkapan yang sama intinya. Namun, perbedaan keduanya
terletak pada ungkapan penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus. Lukas secara
terang-terangan melukiskan bahwa Yesus membuat orang tersebut melihat (bdk. ay.
42). Lukas menggunakan ungkapan, “Melihatlah engkau” karena Lukas ingin
menunjukkan sisi mujizat yang dilakukan oleh Yesus. Ungkapan “Melihatlah
engkau” menjadi “ucapan penyembuhan” (healing
word) dalam Lukas.[13]
Bila kita
melihat Injil Markus, kita tidak menemukan sentuhan penyembuhan (healing touch) seperti dalam Matius
maupun kata penyembuhan (healing word)
dalam Lukas. Dalam Markus, Yesus hanya mengungkapkan bahwa iman Bartimeus telah
menyelamatkannya. Markus menggunakan kata kerja sozein untuk menyebut kata menyelamatkan (inggris: saved). Kata kerja sozein yang digunakan Markus, sebenarnya telah merujuk pada baik
penyembuhan fisik dan rohani. Ungkapan ini sejajar dengan ungkapan Yesus kepada
seorang wanita yang terkena sakit pendarahan dan ia sembuh.[14]
Dalam kesatuan
konteks kisah ini, penyembuhan yang dilakukan Yesus juga menjadi ungkapan
implisit Yesus bahwa Ia menerima diri-Nya diakui sebagai mesias. Dengan
menyembuhkan orang buta tersebut, Yesus menguatkan bahwa apa yang diserukan
oleh orang buta itu bukanlah sebuah kesilapan atau kesalahan.[15]
d)
Mengikuti
(Memuliakan Allah [khas Lukas])
Setelah
memperoleh kesembuhan, orang tersebut langsung mengikuti Yesus. Tulisan Markus
menurut terjemahan bahasa inggrisnya ialah followed
him on the way. Gabungan kata mengikuti (follow) dan jalan (way)
menggambarkan bahwa Bartimeus kemudian menjadi pengikut Yesus yang ikut juga
pergi ke Yerusalem (meski setelah kisah ini namanya tidak lagi disebutkan).[16]
Matius menggunakan secara persis istilah Markus follow dan way. Matius
juga menggambarkan bahwa orang buta yang disembuhkan kemudian mengikuti Yesus
dan menjadi murid-Nya.
Lukas pada
intinya juga mengikuti maksud Markus. Namun, Lukas menambahkan beberapa
keterangan khasnya (kemungkinan besar bersumber dari sondergut Luk) yaitu puji-pujian yang dilakukan orang yang disembuhkan
dan seluruh rakyat. Mungkin ini salah satu cara Lukas untuk meyakinkan sidang
pembaca bahwa Yesus sungguh-sungguh Mesias. Kita juga perlu mengingat bahwa
salah satu maksud Lukas ditulis ialah untuk memberikan jaminan doktrinal akan
ajaran-ajaran Yesus.[17]
III. Penutup
Penjabaran masing-masing ayat dalam ketiga Injil membawa kita kepada
pemahaman yang lebih baik tentang: penyembuhan orang buta di Yerikho (Mat
20:29-34; Mrk
10:46-52; dan Luk 18:35-43). Kesamaan yang nampak dalam
ketiga Injil sangat dipengaruhi oleh sumber acuan yang serupa yaitu Markus
menjadi salah satu sumber pokok bagi Matius dan Lukas. Meskipun demikian,
terkadang Matius dan Lukas melakukan beberapa redaksi untuk menyesuaikan jalan
cerita dengan latar belakang serta maksud penulis Injil sendiri.
Redaksi yang dilakukan
terutama oleh Matius atau Lukas, pada dasarnya tidak merubah inti cerita atau
maksud keseluruhan dari kisah tersebut. Hal tersebut terlihat dalam pembagian
kisah yang dapat dikenakan kepada ketiga Injil: bagian besar pertama tentang
seruan orang buta dan bagian besar kedua tentang tanggapan dan penyembuhan dari
Yesus.
Mengacu pada perbandingan
tentang penyembuhan orang buta di Yerikho, maka akhirnya kita perlu juga mengerti
perikop-perikop sinoptik lain dengan cara pandang yang komprehensif seperti
dalam penjabaran di atas. Pemahaman akan latar belakang dan maksud penulis
Injil sangat membantu kita dalam memahami Injil dan memahami secara benar
perbedaan yang mungkin muncul. Pemahaman yang komprehensif ini pada puncaknya
menghantar kita pada pengakuan bahwa Injil merupakan Sabda Allah yang
diilhamkan kepada manusia. Oleh karena itu, seharusnya tidak ada lagi keraguan
akan keilahian Injil hanya karena perbedaan yang belum kita mengerti secara
komprehensif. Pada intinya, Injil menyampaikan pesan yang sama meskipun
disampaikan dengan cara khas masing-masing penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, Willoughby. Critica and Exegetiacal Commentary on The Gospel According to
St.Matthew. Ediburgh: T&Tgl Clarck LTD, 1983.
Bock, Darrell L. Luke Volume 2: 9:51-24:53. Michigan: Baker Books, 2002.
Boland, B.J. Tafsiran
Lukas (9:51-24:53) II. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982.
Bruner, Frederick Dale. Matthew a Commentary, vol.2, The Chuch book 13-28. Cambridge:
Eerdamans Publishing Company, 2004.
Gould, Ezra P. Critica and Exegetical Commentary on The Gospel According to St. Mark.
Ediburgh: T&T Clark LTD, 1983.
Harrington, Daniel J. Sacra Pagina, Vol I, The Gospel of Matthew. Minisota: The
Liturgical Press, 1991.
____. Sacra
Pagina, Vol II, The Gospel of Mark. Minisota: The Liturgical Press, 1991.
____. Sacra
Pagina, Vol III, The Gospel of Luke. Minisota: The Litrugical Press, 1991.
LBI (Lembaga Biblika Indonesia). Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
____. Injil
Markus. Yogyakarta: Kanisius, 1982.
Leks, Stefan. Tafsir
Injil Markus. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Plummer, Alfred. Critica and Exegetical Commentary on The Gospel According to St. Luke.
Ediburgh: T&T Clarck LTD, 1983.
Post, Walter M. Tafsiran Injil Markus. Bandung: Kalam Hidup, [tanpa tahun].
Tantiono, Paulus Toni. Injil-Injil Sinoptik. Pematangsiantar: Fakultas Filsafat UNIKA Santo Thomas, 1998 (diktat).
[1] Bdk. Paulus Toni Tantiono, Injil-Injil Sinoptik, (Pematangsiantar:
Fakultas Filsafat Universitas St. Thomas, 1998), hlm.20. (diktat)
[7]
Frederick Dale Bruner, Matthew...vol.2...,
hlm.350.
[8]
Frederick Dale Bruner, Matthew...vol.2...,
hlm.350.
[10] Daniel
J. Harrington, Sacra Pagina...Matthew...,
hlm.290.
[12]
Frederick Dale Bruner, Matthew...vol.2...,
hlm.350.
[17]
Penjelasan dalam Kuliah Injil Sinoptik oleh P.Norberth Sinaga, Lic., S., Th.
Pada 29 April 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar