Minggu, 29 November 2015

Satu cerita Tiga Injil Tetap satu IMAN (bagian kedua)

Perbandingan Sinoptik: Yesus Menyembuhkan Orang Buta di Yerikho
dalam Mat 20:29-34, Mrk 10:46-52, dan Luk 18:35-43


2.1.2 Tanggapan Yesus dan Penyembuhan (The Healing)[26]

a)             Tanggapan Yesus
Ketiga Injil menampilkan cara yang berbeda perihal proses bagaimana Yesus menanggapi orang buta tersebut. Matius menggambarkan bahwa Yesus berhenti dan memanggil orang buta tersebut secara langsung. Sementara itu, Markus dan Lukas melukiskan bahwa Yesus menyuruh orang lain untuk memanggil orang buta. Kemungkinan, Matius meninggalkan rangkaian dialog dalam Mrk 10:49-50 untuk menghemat kata-kata (sebab ketika itu media penulisan Injil cukup mahal)[1]. Kita perlu ingat juga bahwa Markus memiliki gaya menulis yang lebih naratif, sedangkan Matius lebih sistematis (yang terutama pesan Injil ditangkap oleh sidang pembaca).
Markus dan Lukas menggambarkan bahwa Yesus meminta orang lain untuk memanggil orang yang buta itu. Markus menggunakan kalimat: Lalu Yesus berhenti dan berkata, “Panggil dia”. Dan mereka memanggil orang buta. Markus bermaksud menunjukkan kuasa Yesus terhadap mereka yang sebelumnya telah mencoba menyuruh Bartimeus diam dan mengantisipasi bahwa mereka harus menjadi pembawa pesannya.[2] Sementara itu, meskipun Lukas menggunakan cara yang sama dengan Markus, hanya saja ia menghilangkan detail Mrk 10:49-50. Kemungkinan, Lukas juga bermaksud menghemat kata-kata yang ditulis atas alasan ekonomis.[3]
Markus memiliki sebuah deskripsi khusus tentang orang buta. Markus melukiskan bahwa orang buta itu menanggalkan jubahnya dan segera mendapatkan Yesus. Bagian ini merupakan konsekuensi dari gaya penulisan Markus yang hidup (inggris: vivid).[4] Gaya penulisan yang hidup seperti Markus kurang diminati oleh Matius dan Lukas. Akibatnya, Matius dan Lukas meninggalkan deskripsi pada bagian ini. Namun, Markus mendeskripsikan hal tersebut bukannya tanpa makna. Diduga, aktivitas orang buta yang menanggalkan pakainnya merupakan simbol melepaskan diri dari cara hidup lama.[5]
Setelah orang buta menghadap-Nya, Yesus menyampaikan tanggapan-Nya dengan bertanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Pertanyaan ini kita temukan sama dalam ketiga Injil (Mat 20:32; Mrk 10:51; Luk 18:41). Sebenarnya, Yesus sudah tahu keinginan orang buta, tetapi kemungkinan besar, Yesus menginginkan supaya permintaan tersebut diutarakan oleh orang buta itu.[6] Atau kemungkinan lain, Yesus terlebih dahulu berdialog sebelum menyembuhkan agar Ia dapat berelasi secara personal dengan orang buta tersebut.[7] Pertanyaan Yesus mungkin juga menjadi cara bagi Yesus untuk memberi kekuatan bagi orang buta agar ia percaya.[8]

b)             Permohonan Orang Buta
Pada intinya, ketiga Injil melukiskan permohonan yang sama yang diajukan oleh orang buta yaitu supaya ia dapat melihat. Hanya saja, ada sebuah perbedaan antara Matius-Lukas dan Markus yaitu pada julukan yang diberikan kepada Yesus. Matius dan Lukas menggunakan seruan Tuhan, sedangkan Markus menggunakan Rabuni.
Pada Markus, kata Rabuni merupakan bentuk yang lebih tinggi daripada sekedar Rabi. Sementara itu, dalam Lukas, penyebutan kata Tuhan bertujuan untuk membandingkannya dengan ungkapan Anak Daud.[9]. Selain itu, pada dasarnya, tidak pernah Lukas menggunakan kata Rabuni untuk menunjuk kepada Yesus. Matius juga sejalan dengan Lukas yaitu ia lebih memilih kata kyrios daripada Rabuni. Dalam konteks Matius, kemungkinan besar Matius ingin menunjukkan bahwa orang buta tersebut beriman, sebab dalam Matius hanya orang yang percayalah yang memanggil Yesus dengan sebutan Tuhan.[10]
Permohonan orang buta dalam ketiga Injil hanya satu yaitu supaya ia dapat melihat. Markus menggunakan kata anablepein yang menunjuk pada konteks mendapatkan kembali pengelihatan yang pernah hilang. Di sini, Markus juga menyisipkan maksud implisit yaitu penyembuhan Bartimeus adalah penyembuhan untuk melihat baik secara fisik maupun rohani.[11] Sementara itu, Matius menghubungkan permintaan untuk melihat dengan nubuat nabi Yesaya, “Pada harinya… mata orang buta akan melihat” (Yes 29:18). Kisah ini, pada keseluruhannya sangat erat hubungannya dengan warta mesianis Yesus.

c)             Sikap Yesus dan Penyembuhan
Atas permohonan orang buta tersebut, ketiga Injil menampilkan sikap yang serupa dari Yesus yaitu mengabulkan permohonan. Hanya saja, ketiga Injil menampilkannya dengan gaya tulisan mereka masing-masing. Matius menggambarkan dengan lebih emosional. Matius melukiskan bahwa Yesus tergerak hati-Nya dan menjamah orang buta tersebut (healing touch). Ketergerakan hati Yesus, oleh Matius dilukiskan sebagai refleksi kedalaman relasi Yesus dengan orang yang disembuhkannya. Sementara, tindakan menyentuh merupakan implikasi dari karakter tulisan Matius yang lebih tertarik menampilkan Yesus yang berkarya lewat tindakan dan kata-kata.[12] Dibandingkan dua Injil lain, Matius menghilangkan detail ungkapan: “imanmu telah menyelamatkan engkau!”. Ungkapan ini, oleh Matius, diganti dengan ungkapan implisit dalam seruan orang buta (Mat 20:30 dan 20:33).
Markus dan Lukas menggunakan formula ungkapan yang sama intinya. Namun, perbedaan keduanya terletak pada ungkapan penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus. Lukas secara terang-terangan melukiskan bahwa Yesus membuat orang tersebut melihat (bdk. ay. 42). Lukas menggunakan ungkapan, “Melihatlah engkau” karena Lukas ingin menunjukkan sisi mujizat yang dilakukan oleh Yesus. Ungkapan “Melihatlah engkau” menjadi “ucapan penyembuhan” (healing word) dalam Lukas.[13]
Bila kita melihat Injil Markus, kita tidak menemukan sentuhan penyembuhan (healing touch) seperti dalam Matius maupun kata penyembuhan (healing word) dalam Lukas. Dalam Markus, Yesus hanya mengungkapkan bahwa iman Bartimeus telah menyelamatkannya. Markus menggunakan kata kerja sozein untuk menyebut kata menyelamatkan (inggris: saved). Kata kerja sozein yang digunakan Markus, sebenarnya telah merujuk pada baik penyembuhan fisik dan rohani. Ungkapan ini sejajar dengan ungkapan Yesus kepada seorang wanita yang terkena sakit pendarahan dan ia sembuh.[14]
Dalam kesatuan konteks kisah ini, penyembuhan yang dilakukan Yesus juga menjadi ungkapan implisit Yesus bahwa Ia menerima diri-Nya diakui sebagai mesias. Dengan menyembuhkan orang buta tersebut, Yesus menguatkan bahwa apa yang diserukan oleh orang buta itu bukanlah sebuah kesilapan atau kesalahan.[15]

d)            Mengikuti (Memuliakan Allah [khas Lukas])
Setelah memperoleh kesembuhan, orang tersebut langsung mengikuti Yesus. Tulisan Markus menurut terjemahan bahasa inggrisnya ialah followed him on the way. Gabungan kata mengikuti (follow) dan jalan (way) menggambarkan bahwa Bartimeus kemudian menjadi pengikut Yesus yang ikut juga pergi ke Yerusalem (meski setelah kisah ini namanya tidak lagi disebutkan).[16] Matius menggunakan secara persis istilah Markus follow dan way. Matius juga menggambarkan bahwa orang buta yang disembuhkan kemudian mengikuti Yesus dan menjadi murid-Nya.
Lukas pada intinya juga mengikuti maksud Markus. Namun, Lukas menambahkan beberapa keterangan khasnya (kemungkinan besar bersumber dari sondergut Luk) yaitu puji-pujian yang dilakukan orang yang disembuhkan dan seluruh rakyat. Mungkin ini salah satu cara Lukas untuk meyakinkan sidang pembaca bahwa Yesus sungguh-sungguh Mesias. Kita juga perlu mengingat bahwa salah satu maksud Lukas ditulis ialah untuk memberikan jaminan doktrinal akan ajaran-ajaran Yesus.[17] 

III.    Penutup
Penjabaran masing-masing ayat dalam ketiga Injil membawa kita kepada pemahaman yang lebih baik tentang: penyembuhan orang buta di Yerikho (Mat 20:29-34; Mrk 10:46-52; dan Luk 18:35-43). Kesamaan yang nampak dalam ketiga Injil sangat dipengaruhi oleh sumber acuan yang serupa yaitu Markus menjadi salah satu sumber pokok bagi Matius dan Lukas. Meskipun demikian, terkadang Matius dan Lukas melakukan beberapa redaksi untuk menyesuaikan jalan cerita dengan latar belakang serta maksud penulis Injil sendiri.
Redaksi yang dilakukan terutama oleh Matius atau Lukas, pada dasarnya tidak merubah inti cerita atau maksud keseluruhan dari kisah tersebut. Hal tersebut terlihat dalam pembagian kisah yang dapat dikenakan kepada ketiga Injil: bagian besar pertama tentang seruan orang buta dan bagian besar kedua tentang tanggapan dan penyembuhan dari Yesus.
Mengacu pada perbandingan tentang penyembuhan orang buta di Yerikho, maka akhirnya kita perlu juga mengerti perikop-perikop sinoptik lain dengan cara pandang yang komprehensif seperti dalam penjabaran di atas. Pemahaman akan latar belakang dan maksud penulis Injil sangat membantu kita dalam memahami Injil dan memahami secara benar perbedaan yang mungkin muncul. Pemahaman yang komprehensif ini pada puncaknya menghantar kita pada pengakuan bahwa Injil merupakan Sabda Allah yang diilhamkan kepada manusia. Oleh karena itu, seharusnya tidak ada lagi keraguan akan keilahian Injil hanya karena perbedaan yang belum kita mengerti secara komprehensif. Pada intinya, Injil menyampaikan pesan yang sama meskipun disampaikan dengan cara khas masing-masing penulis.
  
DAFTAR PUSTAKA

Allen, Willoughby. Critica and Exegetiacal Commentary on The Gospel According to St.Matthew. Ediburgh: T&Tgl Clarck LTD, 1983.
Bock, Darrell L. Luke Volume 2: 9:51-24:53. Michigan: Baker Books, 2002.
Boland, B.J. Tafsiran Lukas (9:51-24:53) II. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982.
Bruner, Frederick Dale. Matthew a Commentary, vol.2, The Chuch book 13-28. Cambridge: Eerdamans Publishing Company, 2004.
Gould, Ezra P. Critica and Exegetical Commentary on The Gospel According to St. Mark. Ediburgh: T&T Clark LTD, 1983.
Harrington, Daniel J. Sacra Pagina, Vol I, The Gospel of Matthew. Minisota: The Liturgical Press, 1991.
____. Sacra Pagina, Vol II, The Gospel of Mark. Minisota: The Liturgical Press, 1991.
____. Sacra Pagina, Vol III, The Gospel of Luke. Minisota: The Litrugical Press, 1991.
LBI (Lembaga Biblika Indonesia). Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
____. Injil Markus. Yogyakarta: Kanisius, 1982.
Leks, Stefan. Tafsir Injil Markus. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Plummer, Alfred. Critica and Exegetical Commentary on The Gospel According to St. Luke. Ediburgh: T&T Clarck LTD, 1983.
Post, Walter M. Tafsiran Injil Markus. Bandung: Kalam Hidup, [tanpa tahun].
Tantiono, Paulus Toni. Injil-Injil Sinoptik. Pematangsiantar: Fakultas Filsafat UNIKA Santo Thomas, 1998 (diktat).






[1] Bdk. Paulus Toni Tantiono, Injil-Injil Sinoptik, (Pematangsiantar: Fakultas Filsafat Universitas St. Thomas, 1998), hlm.20. (diktat)
[2] Daniel J. Harrington, Sacra Pagina...Mark…, hlm.318.
[3] Bdk. Paulus Toni Tantiono, Injil-Injil Sinoptik…,hlm.20. (diktat)
[4] Daniel J. Harrington, Sacra Pagina...Mark…, hlm.318.
[5] Daniel J. Harrington, Sacra Pagina...Mark…, hlm.318.
[6] Walter M.Pos, Tafsiran Injil Markus…, hlm.117.
[7] Frederick Dale Bruner, Matthew...vol.2..., hlm.350.
[8] Frederick Dale Bruner, Matthew...vol.2..., hlm.350.
[9] Daniel J. Harrington, Sacra Pagina...Luke…, hlm.284.
[10] Daniel J. Harrington, Sacra Pagina...Matthew..., hlm.290.
[11] Daniel J. Harrington, Sacra Pagina...Mark…, hlm.318.
[12] Frederick Dale Bruner, Matthew...vol.2..., hlm.350.
[13] Bdk. Daniel J. Harrington, Sacra Pagina...Mark…, hlm.318.
[14] Daniel J. Harrington, Sacra Pagina...Mark…, hlm.318.
[15] B.J. Boland, Tafsiran Lukas II…, hlm.179
[16] Daniel J. Harrington, Sacra Pagina...Mark…, hlm.318.
[17] Penjelasan dalam Kuliah Injil Sinoptik oleh P.Norberth Sinaga, Lic., S., Th. Pada 29 April 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar