Sabtu, 29 Agustus 2015

Satu cerita Tiga Injil Tetap satu IMAN (bagian pertama)

Perbandingan Sinoptik: Yesus Menyembuhkan Orang Buta di Yerikho
dalam Mat 20:29-34, Mrk 10:46-52, dan Luk 18:35-43

I.              Pendahuluan
Injil Sinoptik merupakan ketiga Injil Yesus Kristus (Matius, Markus, Lukas) yang bila dilihat secara sekilas memiliki kesamaan, namun di sisi lain juga memiliki perbedaan yang mencolok. Sinoptik sendiri merupakan kata yang berakar dari kata Yunani: syn (bersama) dan opsis (pandangan). Secara hurufiah, sinoptik berarti sekilas pandang.
Kesamaan yang dimiliki oleh ketiga Injil sinoptik dimungkinkan oleh sumber acuan yang sama. Teori yang popular ialah Markus menjadi sumber bagi Matius dan Lukas. Sementara itu, perbedaan yang terjadi dimungkinkan oleh sumber khas bagi Matius dan Lukas (quelle bagi Matius dan Lukas, sondergut Mat bagi Matius, dan sondergut Luk bagi Lukas). Latar belakang dan maksud penulis Injil juga sedikit banyak mempengaruhi cara penyampaian khas masing-masing penginjil.
Pemahaman akan fenomena sinoptik cukup penting. Pemahaman yang baik akan fenomena sinoptik dapat membantu kita mengerti perbedaan yang terkadang ada dalam sebuah perikop yang serupa. Seringkali, orang yang tidak memahami Injil sinoptik dengan baik menggunakan perbedaan-perbedaan yang ada untuk menyimpulkan bahwa Injil tidaklah diilhamkan oleh Tuhan.
Salah satu perikop sinoptik ialah peristiwa penyembuhan orang buta di Yerikho. Dari ketiga Injil (Matius, Markus, dan Lukas), kita sekilas dapat melihat kesamaan atau keserupaan ide dan tema cerita. Namun, ketika kita mengamati lebih mendalam, ada beberapa bagian yang secara sekilas juga saling bertentangan atau berbeda. Menghadapi kondisi yang demikian, pentinglah bagi kita untuk memahami kisah tersebut dari sudut pandang masing-masing penulis. Setelah kita mengerti konteks kisah masing-masing penulis, akhirnya kita dapat insaf bahwa pada dasarnya ketiga kisah tersebut sama meskipun cara penyampaiannya berbeda. Begitulah fenomena sinoptik dan pada bagian selanjutnya, penulis hendak menjabarkan perbandingan ketiga injil sinoptik yang mengisahkan: penyembuhan orang buta di Yerikho (Mat 20:29-34; Mrk 10:46-52; Luk 18:35-43).
II.      Perbandingan Ketiga Perikop Sinoptik
Mat 20:29-34
Yesus Menyembuhkan Dua Orang Buta
Mrk 10:46-52
Yesus Menyembuhkan
Bartimeus
Luk 18:35-43
Yesus Menyembuhkan Seorang Buta Dekat Yerikho




29 Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya keluar dari Yerikho, orang banyak ber-bondong-bondong mengikuti Dia.
30 Ada dua orang buta yang duduk di pinggir jalan





mendengar, bahwa Yesus lewat,

lalu mereka berseru: “Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!”
31 Tetapi orang banyak itu menegor mereka supaya mereka diam. Namun mereka makin keras berseru, kata-nya: “Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!”
32 Lalu Yesus berhenti dan memanggil mereka.









Ia berkata: “Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?”
33 Jawab mereka: “Tuhan, supaya mata kami dapat melihat.”
34 Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah mata mereka
Dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia.


46 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama de-ngan murid-murid-Nya dan orang banyak yang ber-bondong-bondong,
Ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan



47 Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret,
mulailah ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”
48 Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!”

49 Lalu Yesus berhenti dan berkata: “Panggilah dia!” Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: “Kuatkanlah ha-timu, dan berdirilah, Ia me-manggil engkau.”
50 Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus.
51 Tanya Yesus kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang buta itu: “Rabuni, supaya aku dapat melihat!”
52 Lalu kata Yesus kepadanya: “Pergilah, iman-mu telah menyelamatkan engkau!”
Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.
35 Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho,







Ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis.

36 Waktu orang itu men-dengar orang banyak lewat, ia bertanya: “Apa itu?”
37 Kata orang kepadanya: “Yesus orang Nazaret lewat.”

38 Lalu ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”
39 Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam. Namun, semakin keras ia berseru: “Yesus, Anak Daud kasihani-lah aku!”
40 Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya.




Dan ketika ia telah berada di dekatnya,


Yesus bertanya kepadanya:
41 “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagi-mu?” Jawab orang itu: “Tuhan, supaya aku dapat melihat!”
42 Lalu kata Yesus kepada-nya: “Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamat-kan engkau!”
43 Dan seketika itu juga melihatlah ia, lalu mengikuti Dia
Sambil memuliakan Allah. Seluruh rakyat melihat itu dan memuji-muji Allah.



2.1     Perbandingan Mat 20:29-34; Mrk 10:46-52; Luk 18:35-43
Ketiga perikop di atas memiliki jalan cerita yang serupa. Namun, bila kita amati kembali, kita juga dapat menemukan beberapa perbedaan yang bukannya tidak berarti. Perbedaan tersebut terkadang menjadi sebuah alasan bagi orang yang tidak percaya untuk meragukan kebenaran bahwa Injil diilhamkan oleh Tuhan[1]. Namun alasan tersebut tidaklah masuk akal bila kita memahami ketiga perikop tersebut dalam konteks situasi dan latar belakang penulis.
Setiap tulisan Injil, selain diilhami Roh Kudus, juga memanfaatkan daya kreasi manusia. Maka, bila masing-masing perikop didalami dengan memahami situasi serta maksud penulis, kita akan dapat memahami perbedaan-perbedaan yang ada secara benar. Akhirnya, kita dapat menemukan bahwa ketiga kisah tersebut mengacu pada sebuah peristiwa yang sama meskipun dalam gaya tulisan yang berbeda.
Dari ketiganya, Markus memiliki gaya tulisan yang paling mengalir. Hal itu disebabkan oleh masa penulisan Injil Markus yang belum terlalu jauh dengan peristiwa hidup Yesus. Matius memiliki gaya tulisan yang sistematis yang mementingkan tersampaikannya pesan tulisan secara baik kepada sidang pembaca. Sementara itu Lukas memiliki gaya tulisan yang paling baik dan indah.[2] Hal itu berkaitan dengan latarbelakang kemampuan Lukas untuk berbahasa Yunani dengan lebih baik. Latar belakang penulis sedikit banyak mempengaruhi pula cara penyampaian Injil.
Secara umum, ketiga Injil dapat terbagi dalam dua bagian besar: (1) Seruan orang buta; dan (2) Tanggapan Yesus serta penyembuhan. Kedua bagian tersebut terbagi lagi dalam beberapa sub bagian lain. Bagian pertama terdiri dari: keterangan tempat kejadian, penjelasan tokoh, seruan yang pertama, dan teguran orang lain yang kemudian diteruskan dengan seruan kedua. Bagian kedua terdiri dari: jawaban Yesus, permohonan orang buta, sikap Yesus terhadap iman orang buta dan penyembuhan, dan mengikuti (dalam Lukas ditambahkan tentang puji-pujian kepada Allah).[3] Berikut ini perbandingan antara Mat 20:29-34; Mrk 10:46-52; dan Luk 18:35-43.

2.1.1 Seruan Orang Buta (The Appeal)[4]
a)             Keterangan Tempat Kejadian
Ketiga Injil sebenarnya menempatkan lokasi terjadinya penyembuhan orang buta di tempat yang serupa yaitu Yerikho. Namun, ketiga pengarang memiliki sudut pandang masing-masing tentang kapan persisnya peristiwa tersebut terjadi. Matius dan Markus mengungkapkan bahwa peristiwa penyembuhan terjadi ketika Yesus keluar dari Yerikho (Mat 20:29; Mrk 10:46), sementara itu Lukas mengungkapkan bahwa peristiwa penyembuhan terjadi ketika Yesus hampir tiba di Yerikho (Luk 18:35).
Dari perbandingan ketiganya, kita dapat melihat bahwa Markus sebagai salah satu sumber tulisan Injil diikuti oleh Matius. Hanya saja Matius meninggalkan kalimat tentang tibanya Yesus di Yerikho. Matius bermaksud memperhalus urutan Mrk 10:46 yang menurutnya kurang baik (Yesus tiba kemudian tanpa keterangan apapun begitu saja keluar dari Yerikho?)[5]. Sementara itu, Lukas begitu berbeda dengan menggambarkan bahwa penyembuhan terjadi ketika Yesus hendak memasuki Yerikho.
Lukas melukiskan kisah ini terjadi ketika Yesus mendekati Yerikho dengan maksud untuk menyesuaikan kisah ini dengan kisah selanjutnya yaitu tentang Zakheus[6] yang diperolehnya dari sumber khusus[7]. Biasanya Lukas mendahulukan sumber Markus dibanding yang lain. Namun demi menyesuaikan maksud Lukas tentang pemahamannya akan Yesus ialah Kristus, tetapi Sang Kristus yang akan menderita, maka sumber lain didahulukan. Dalam perikop penyembuhan orang buta, gelar Yesus sebagai Mesias diafirmasi lewat puji-pujian orang banyak kepada Allah. Kemudian dalam cerita Zakheus, suasana tiba-tiba terbalik yaitu Yesus menjadi Mesias yang tidak dikehendaki. Urutan cerita demikian sesuai dengan maksud penulisan Lukas.

b)             Penjelasan Tokoh
Kisah dalam ketiga perikop ini menggambarkan penyembuhan “orang buta”. Ketiga penginjil memiliki caranya masing-masing dalam menampilkan orang yang disembuhkan. Matius mengisahkan bahwa terdapat dua orang yang disembuhkan oleh Yesus (Mat 20:30). Sementara itu, Lukas dan Markus mengisahkan bahwa terdapat seorang saja (Luk 18:35; Mrk 10:46). Dibandingkan dangan Lukas, Markus memberi perhatian khusus kepada seorang buta tersebut dengan menyebutkan namanya.
Perbedaan tersebut dapat dimengerti dengan mudah bila kita memahami latar tempat peristiwa. Penyembuhan terjadi di Yerikho yang pada dasarnya merupakan sebuah kota yang ramai (kota yang dilintasi para peziarah). Di sepanjang jalan Yerikho sangat biasa terdapat banyak pengemis[8]. Selama peziarah yang hendak ke Yerusalem lewat, mereka berseru-seru memohon sedekah. Ahli berpendapat bahwa dua orang buta yang dimaksud Matius, salah satunya adalah Bartimeus menurut Markus dan sama dengan seorang yang disebut Lukas[9]. Ahli lain mengatakan bahwa itu dipengaruhi oleh kecenderungan Matius untuk memberi perhatian pada penggunaan jumlah dua seperti misalnya dalam Mat 8:28 dan Mat 9:27[10].
Sementara itu, kita juga dapat memperhitungkan beberapa teori dari para ahli mengenai perbedaan jumlah orang buta tersebut. Agustinus berpendapat bahwa saat Yesus memasuki Yerikho, Ia menyembuhkan seorang buta dan seorang lain ketika keberangkatan-Nya dari Yerikho. Sementara itu, J.A.W Neander berpendapat bahwa perbedaan yang Matius buat disebabkan oleh sikap Matius yang menyatukan begitu saja dua peristiwa yang terjadi (bdk. pendapat Agustinus di atas).[11]
Di sisi lain, Lukas dan Markus memberikan perhatian kisah mereka kepada seorang buta saja. Meskipun begitu, Lukas meninggalkan detail Markus yang menyebutkan nama seorang buta tersebut. Diduga, Lukas meninggalkan detail nama “Bartimeus” yang mungkin berarti “anak Timotius” karena nama itu asing dan aneh bagi sidang pembacanya.[12] Penyebutan nama “Bartimeus” oleh Markus (padahal Markus sangat jarang mencatat nama orang yang disembuhkan Yesus) diduga karena mungkin Bartimeus dikenal oleh Markus pada saat ia menuliskan Injilnya[13] (mungkin ia telah menjadi anggota gereja perdana yang cukup dikenal).

c)             Seruan yang Pertama
Sebelum sampai pada seruan orang buta kepada Yesus, kita akan mendapati perbedaan gaya antara Matius, Markus, dan Lukas dalam menjelaskan bagaimana orang buta tersebut mengetahui keberadaan Yesus. Dalam Matius dan Markus, penulis melukiskan bahwa kabar tentang Yesus yang lewat didengar sendiri oleh orang buta tersebut (Mat 20:30; Mrk 10:47). Sementara itu, Lukas menggunakan modus lisan dengan pertanyaan: “Apa itu?” yang kemudian dijawab oleh orang: “Yesus orang Nazaret lewat” (Luk 18:36-37). Perbedaan ini tidak terlalu membingungkan karena pada intinya ketiganya tetap sama.
Dari ketiga injil, Markus dan Lukas menuliskan Yesus orang Nazaret. Pada teks aslinya, keterangan Nazaret tidak menggunakan nazarenos seperti yang pernah tercantum dalam Mrk 1:24; 14:67; 16:6 atau dalam Luk 4:34; 24:19. Pada perikop-perikop itu, istilah nazarenos merujuk pada kampung halaman Yesus.[14] Pada perikop Mrk 10:47 dan Luk 18:37, penulis menggunakan kata nazaraios. Penggunaan kata nazaraios, bila dibandingkan dalam Kis 24:5, ternyata adalah sebuah istilah yang digunakan orang-orang yahudi untuk mengejek golongan Kristen (bdk. Yoh 1:47).[15] Kemungkinan, hal inilah yang menjadi alasan Matius untuk meninggalkan kata nazaraios yang tetap dipertahankan oleh Markus dan Lukas. Kita juga perlu mengingat bahwa tujuan Injil Matius ditulis ialah untuk meneguhkan jemaat di masa transisi dan perpecahan dengan kelompok Yahudi.[16] Julukan yang mengejek tersebut tidak sesuai dengan maksud penulis Matius sehingga ditinggalkan.
Setelah orang buta mengerti siapa yang melewatinya, ia mulai berteriak. Dalam Matius, kedua orang buta berteriak: “Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!” Sementara itu, dalam Lukas dan Markus, orang buta berteriak: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Lukas dan Matius sesungguhnya bersamaan menggunakan Markus sebagai bahan. Tetapi, Matius meredaksi seruan orang buta karena ingin menunjukkan secara implisit suara kepercayaan (faith) dari orang buta. Dalam Injil Matius, hanya orang percayalah yang memanggil Yesus dengan sebutan Tuhan (Yunani: Kyrios). Hal tersebut dilakukan Matius sebagai kosekuensi dari penghilangan seruan eksplisit akan iman orang buta.[17] Bila kita lihat ketiga Inijl, hanya Matius yang tidak mencantumkan ucapan: “imanmu telah menyelamatkan engkau!” (bdk. Mrk 10:52; bdk. Luk. 18:42).
Ketiga Injil menggambarkan orang buta tersebut menyerukan Yesus sebagai Anak Daud. Anak Daud sebenarnya gelar yang tidak familier. Bahkan dalam Markus merupakan yang pertama kali.[18] Seruan ini juga ingin melukiskan warta mesianis Yesus. Dalam cara Yahudi, Anak Daud mengacu pada sang Mesias yang akan datang. Yesus, sebelum peristiwa ini, senantiasa melarang siapa saja yang secara eksplisit memanggil-Nya demikian.[19] Pada momen kali ini Yesus tidak menegornya. Sikap itu menggambarkan bahwa Yesus menerima gelar tersebut diatributkan kepada-Nya. Pada ayat berikutnya, justru orang-orang di sanalah yang menegor dia.
Seruan Anak Daud yang dilakukan orang buta kemungkinan juga akibat asosiasinya terhadap Salomo. “Anak Daud yang terkenal” ialah Salomo dan ia dikenal sebagai pengusir setan (tradisi Yahudi saat itu sering menghubungkan sakit dengan pengaruh setan). Matius yang berlatar belakang budaya Yahudi, menjadikan seruan ini sebagai salah satu cara menggambarkan Yesus yang melebihi Salomo karena selain mengusir setan, Ia juga mampu menyembuhkan semua penyakit dan kelemahan.[20] Namun, yang paling umum, ungkapan “Anak Daud” menunjuk pada pengakuan akan kemesiasan Yesus.

d)            Teguran Orang lain dan Seruan Kedua
Setelah orang buta dalam kisah berseru, orang-orang di sekitar Yesus menyuruhnya diam (Mat 20:31; Mrk 10:48; Luk 18:39). Bagian ini kita temukan di dalam ketiga Injil dengan cara yang sama tanpa perlu diperdebatkan. Namun, ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan alasan orang-orang di sekitar Yesus menegur orang buta. Alasan yang paling umum ialah karena mengganggu.[21] Namun ada pendapat yang menyatakan bahwa teguran tersebut merupakan wujud ketidaksenangan orang terhadap sikap orang buta yang mengatributkan julukan Anak Daud yang merujuk pada sang Mesias yang dinantikan kepada Yesus.[22]
Teguran orang lain tidak membuat orang buta tersebut diam. Sebaliknya, dia semakin keras berseru kepada Yesus. Kegigihan tersebut, oleh Matius dijadikan sebagai tanda iman orang buta.[23] Pada seruan yang kedua ini, Lukas melukiskannya secara berbeda dengan Matius dan Markus. Matius dan Markus menggunakan kata κραζω pada seruan yang kedua. Kata ini cukup kasar karena biasa digunakan untuk menggambarkan teriakkan, atau “seruan” yang dibuat oleh hewan.[24] Hal itu kemungkinan disebabkan oleh keterbatasan Matius dan Markus dalam memilih kata-kata Yunani yang tepat. Sementara itu, Lukas menggunakan kata ελεεω yang sama digunakan pada Luk 17:13 (penyembuhan orang kusta). Kata ελεεω memiliki nada yang lebih halus karena lebih bersifat emosional manusiawi.[25] Dalam Lukas, kata ελεεω digunakan untuk menunjukkan bahwa teriakan orang buta kali ini lebih intensif dari sebelumnya. Ini merupakan tanda bahwa orang buta benar-benar ingin disembuhkan.

2.1.2 Tanggapan Yesus dan Penyembuhan (The Healing)[26]
a)             Tanggapan Yesus
Ketiga Injil menampilkan cara yang berbeda perihal proses bagaimana Yesus menanggapi orang buta tersebut. Matius menggambarkan bahwa Yesus berhenti dan memanggil orang buta tersebut secara langsung. Sementara itu, Markus dan Lukas melukiskan bahwa Yesus menyuruh orang lain untuk memanggil orang buta. Kemungkinan, Matius meninggalkan rangkaian dialog dalam Mrk 10:49-50 untuk menghemat kata-kata (sebab ketika itu media penulisan Injil cukup mahal)[27]. Kita perlu ingat juga bahwa Markus memiliki gaya menulis yang lebih naratif, sedangkan Matius lebih sistematis (yang terutama pesan Injil ditangkap oleh sidang pembaca).
Markus dan Lukas menggambarkan bahwa Yesus meminta orang lain untuk memanggil orang yang buta itu. Markus menggunakan kalimat: Lalu Yesus berhenti dan berkata, “Panggil dia”. Dan mereka memanggil orang buta. Markus bermaksud menunjukkan kuasa Yesus terhadap mereka yang sebelumnya telah mencoba menyuruh Bartimeus diam dan mengantisipasi bahwa mereka harus menjadi pembawa pesannya.[28] Sementara itu, meskipun Lukas menggunakan cara yang sama dengan Markus, hanya saja ia menghilangkan detail Mrk 10:49-50. Kemungkinan, Lukas juga bermaksud menghemat kata-kata yang ditulis atas alasan ekonomis.[29]
Markus memiliki sebuah deskripsi khusus tentang orang buta. Markus melukiskan bahwa orang buta itu menanggalkan jubahnya dan segera mendapatkan Yesus. Bagian ini merupakan konsekuensi dari gaya penulisan Markus yang hidup (inggris: vivid).[30] Gaya penulisan yang hidup seperti Markus kurang diminati oleh Matius dan Lukas. Akibatnya, Matius dan Lukas meninggalkan deskripsi pada bagian ini. Namun, Markus mendeskripsikan hal tersebut bukannya tanpa makna. Diduga, aktivitas orang buta yang menanggalkan pakainnya merupakan simbol melepaskan diri dari cara hidup lama.[31]
Setelah orang buta menghadap-Nya, Yesus menyampaikan tanggapan-Nya dengan bertanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Pertanyaan ini kita temukan sama dalam ketiga Injil (Mat 20:32; Mrk 10:51; Luk 18:41). Sebenarnya, Yesus sudah tahu keinginan orang buta, tetapi kemungkinan besar, Yesus menginginkan supaya permintaan tersebut diutarakan oleh orang buta itu.[32] Atau kemungkinan lain, Yesus terlebih dahulu berdialog sebelum menyembuhkan agar Ia dapat berelasi secara personal dengan orang buta tersebut.[33] Pertanyaan Yesus mungkin juga menjadi cara bagi Yesus untuk memberi kekuatan bagi orang buta agar ia percaya.[34]

b)             Permohonan Orang Buta
Pada intinya, ketiga Injil melukiskan permohonan yang sama yang diajukan oleh orang buta yaitu supaya ia dapat melihat. Hanya saja, ada sebuah perbedaan antara Matius-Lukas dan Markus yaitu pada julukan yang diberikan kepada Yesus. Matius dan Lukas menggunakan seruan Tuhan, sedangkan Markus menggunakan Rabuni.
Pada Markus, kata Rabuni merupakan bentuk yang lebih tinggi daripada sekedar Rabi. Sementara itu, dalam Lukas, penyebutan kata Tuhan bertujuan untuk membandingkannya dengan ungkapan Anak Daud.[35]. Selain itu, pada dasarnya, tidak pernah Lukas menggunakan kata Rabuni untuk menunjuk kepada Yesus. Matius juga sejalan dengan Lukas yaitu ia lebih memilih kata kyrios daripada Rabuni. Dalam konteks Matius, kemungkinan besar Matius ingin menunjukkan bahwa orang buta tersebut beriman, sebab dalam Matius hanya orang yang percayalah yang memanggil Yesus dengan sebutan Tuhan.[36]
Permohonan orang buta dalam ketiga Injil hanya satu yaitu supaya ia dapat melihat. Markus menggunakan kata anablepein yang menunjuk pada konteks mendapatkan kembali pengelihatan yang pernah hilang. Di sini, Markus juga menyisipkan maksud implisit yaitu penyembuhan Bartimeus adalah penyembuhan untuk melihat baik secara fisik maupun rohani.[37] Sementara itu, Matius menghubungkan permintaan untuk melihat dengan nubuat nabi Yesaya, “Pada harinya… mata orang buta akan melihat” (Yes 29:18). Kisah ini, pada keseluruhannya sangat erat hubungannya dengan warta mesianis Yesus.





[1] Walter M.Post, Tafsiran Injil Markus, (Bandung: Penerbit Kalam Hidup, [...]) hlm.114.
[2] Alfred Plummer, Critica and Exegetical Commentary on The Gospel Accorading to St. Luke, (Ediburgh: T&T LTD, 1983), hlm.431.
[3] Bdk. Darrel L.Bock, Luke Volume 2: 9:51-24:53, (Michigan: Baker Books, 2002), hlm. 1507.
[4] Darrel L.Bock, Luke Volume 2..., hlm. 1507.
[5] Daniel J. Harrington, Sacra Pagina The Gospel of Matthew, (Minisota: The Liturgical Press, 1991), hlm. 290.
[6] Daniel J.Harrington, Sacra Pagina The Gospel of Luke, (Minisota: The Litrugical Press, 1991), hlm.283.
[7] LBI (Lembaga Biblika Indonesia), Injil Lukas, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hlm.441.
[8] Willoughby C.Allen, Critica and Exegetical Commentary On The Gospel According to St. Matthew, (Ediburgh: T&T Clarck LTD, 1983), hlm.[...].
[9]  Willoughby C. Allen, Critica...St.Matthew..., hlm.[...]
[10] Daniel J. Harrington, Sacra Pagina...Matthew..., hlm.290.
[11]  Daniel L. Bock, Luke Volume 2..., hlm.1503.
[12] LBI, Tafsir Lukas..., hlm.441.
[13] Walter M.Post, Tafsiran Injil Markus..., hlm.115.
[14] Daniel J. Harrington, Sacra Pagina The Gospel of Mark, (Minisota: The Litrugical Press, 1991)hlm.317; dan Daniel J.Harrington, Sacra Pagina...Luke..., hlm.284.
[15] B.J. Boland, Tafsiran Lukas (9:51-24:53), (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982), hlm.178.
[16] Penjelasan dalam Kuliah Injil Sinoptik oleh P.Norberth Sinaga, Lic., S., Th. Pada 15 April 2015.
[17] Daniel J. Harrington, Sacra Pagina...Matthew..., hlm.290.
[18] Ezra P.Gould, Critica and...to St.Mark..., hlm.205.
[19] Frederick Dale Bruner, Matthew a Commentary Vol 2: The Church book 13-28, (Cambridge: Eerdmans Publishing Company, 2004), hlm. 349.
[20] Daniel J. Harrington, Sacra Pagina...Matthew..., hlm.292.
[21] Frederick Dale Bruner, Matthew...vol.2..., hlm.350.
[22] Ezra P.Gould, Critica and...to St.Mark..., hlm.206.
[23] Frederick Dale Bruner, Matthew...vol.2..., hlm.350.
[24] Alfred Plummer, Critica and...to St. Luke, hlm.431.
[25] Darrell L.Bock, Luke Volume 2..., hlm.1507.
[26] Darrel L.Bock, Luke Volume 2..., hlm. 1507.
[27] Bdk. Paulus Toni Tantiono, Injil-Injil Sinoptik, (Pematangsiantar: Fakultas Filsafat Universitas St. Thomas, 1998), hlm.20. (diktat)
[28] Daniel J. Harrington, Sacra Pagina...Mark…, hlm.318.
[29] Bdk. Paulus Toni Tantiono, Injil-Injil Sinoptik…,hlm.20. (diktat)
[30] Daniel J. Harrington, Sacra Pagina...Mark…, hlm.318.
[31] Daniel J. Harrington, Sacra Pagina...Mark…, hlm.318.
[32] Walter M.Pos, Tafsiran Injil Markus…, hlm.117.
[33] Frederick Dale Bruner, Matthew...vol.2..., hlm.350.
[34] Frederick Dale Bruner, Matthew...vol.2..., hlm.350.
[35] Daniel J. Harrington, Sacra Pagina...Luke…, hlm.284.
[36] Daniel J. Harrington, Sacra Pagina...Matthew..., hlm.290.
[37] Daniel J. Harrington, Sacra Pagina...Mark…, hlm.318.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar