Perbandingan Sinoptik: Yesus
Menyembuhkan Orang Buta
di Yerikho
dalam Mat 20:29-34, Mrk 10:46-52, dan Luk 18:35-43
I.
Pendahuluan
Injil
Sinoptik merupakan ketiga Injil Yesus Kristus (Matius, Markus, Lukas) yang bila
dilihat secara sekilas memiliki kesamaan, namun di sisi lain juga memiliki
perbedaan yang mencolok. Sinoptik sendiri merupakan kata yang berakar dari kata
Yunani: syn (bersama) dan opsis (pandangan). Secara hurufiah,
sinoptik berarti sekilas pandang.
Kesamaan yang
dimiliki oleh ketiga Injil sinoptik dimungkinkan oleh sumber acuan yang sama.
Teori yang popular ialah Markus menjadi sumber bagi Matius dan Lukas. Sementara
itu, perbedaan yang terjadi dimungkinkan oleh sumber khas bagi Matius dan Lukas
(quelle bagi Matius dan Lukas, sondergut Mat bagi Matius, dan sondergut Luk bagi Lukas). Latar
belakang dan maksud penulis Injil juga sedikit banyak mempengaruhi cara
penyampaian khas masing-masing penginjil.
Pemahaman
akan fenomena sinoptik cukup penting. Pemahaman yang baik akan fenomena
sinoptik dapat membantu kita mengerti perbedaan yang terkadang ada dalam sebuah
perikop yang serupa. Seringkali, orang yang tidak memahami Injil sinoptik
dengan baik menggunakan perbedaan-perbedaan yang ada untuk menyimpulkan bahwa
Injil tidaklah diilhamkan oleh Tuhan.
Salah satu
perikop sinoptik ialah peristiwa penyembuhan orang buta di Yerikho. Dari ketiga
Injil (Matius, Markus, dan Lukas), kita sekilas dapat melihat kesamaan atau
keserupaan ide dan tema cerita. Namun, ketika kita mengamati lebih mendalam,
ada beberapa bagian yang secara sekilas juga saling bertentangan atau berbeda.
Menghadapi kondisi yang demikian, pentinglah bagi kita untuk memahami kisah
tersebut dari sudut pandang masing-masing penulis. Setelah kita mengerti
konteks kisah masing-masing penulis, akhirnya kita dapat insaf bahwa pada
dasarnya ketiga kisah tersebut sama meskipun cara penyampaiannya berbeda.
Begitulah fenomena sinoptik dan pada bagian selanjutnya, penulis hendak
menjabarkan perbandingan ketiga injil sinoptik yang mengisahkan: penyembuhan
orang buta di Yerikho (Mat 20:29-34; Mrk 10:46-52; Luk 18:35-43).
II. Perbandingan Ketiga Perikop Sinoptik
Mat 20:29-34
Yesus Menyembuhkan Dua
Orang Buta
|
Mrk 10:46-52
Yesus Menyembuhkan
Bartimeus
|
Luk 18:35-43
Yesus Menyembuhkan
Seorang Buta Dekat Yerikho
|
29 Dan ketika Yesus dan
murid-murid-Nya keluar dari Yerikho, orang banyak ber-bondong-bondong
mengikuti Dia.
30 Ada dua orang buta
yang duduk di pinggir jalan
mendengar, bahwa Yesus lewat,
lalu mereka berseru: “Tuhan, Anak
Daud, kasihanilah kami!”
31 Tetapi orang banyak
itu menegor mereka supaya mereka diam. Namun mereka makin keras berseru,
kata-nya: “Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!”
32 Lalu Yesus berhenti
dan memanggil mereka.
Ia berkata: “Apa yang kamu
kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?”
33 Jawab mereka: “Tuhan,
supaya mata kami dapat melihat.”
34 Maka tergeraklah hati
Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah mata mereka
Dan seketika itu juga mereka
melihat lalu mengikuti Dia.
|
46 Lalu tibalah Yesus
dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho,
bersama-sama de-ngan murid-murid-Nya dan orang banyak yang
ber-bondong-bondong,
Ada seorang pengemis yang buta,
bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan
47 Ketika didengarnya,
bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret,
mulailah ia berseru: “Yesus, Anak
Daud, kasihanilah aku!”
48 Banyak orang
menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud,
kasihanilah aku!”
49 Lalu Yesus berhenti
dan berkata: “Panggilah dia!” Mereka memanggil orang buta itu dan berkata
kepadanya: “Kuatkanlah ha-timu, dan berdirilah, Ia me-manggil engkau.”
50 Lalu ia menanggalkan
jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus.
51 Tanya Yesus
kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang
buta itu: “Rabuni, supaya aku dapat melihat!”
52 Lalu kata Yesus
kepadanya: “Pergilah, iman-mu telah menyelamatkan engkau!”
Pada saat itu juga melihatlah ia,
lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.
|
35 Waktu Yesus hampir
tiba di Yerikho,
Ada seorang buta yang duduk di
pinggir jalan dan mengemis.
36 Waktu orang itu
men-dengar orang banyak lewat, ia bertanya: “Apa itu?”
37 Kata orang kepadanya:
“Yesus orang Nazaret lewat.”
38 Lalu ia berseru: “Yesus,
Anak Daud, kasihanilah aku!”
39 Maka mereka, yang
berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam. Namun, semakin keras ia
berseru: “Yesus, Anak Daud kasihani-lah aku!”
40 Lalu Yesus berhenti
dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya.
Dan ketika ia telah berada di
dekatnya,
Yesus bertanya kepadanya:
41 “Apa yang
kaukehendaki supaya Aku perbuat bagi-mu?” Jawab orang itu: “Tuhan, supaya aku
dapat melihat!”
42 Lalu kata Yesus
kepada-nya: “Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamat-kan engkau!”
43 Dan seketika itu juga
melihatlah ia, lalu mengikuti Dia
Sambil memuliakan Allah. Seluruh
rakyat melihat itu dan memuji-muji Allah.
|
2.1 Perbandingan Mat 20:29-34; Mrk 10:46-52;
Luk 18:35-43
Ketiga perikop di
atas memiliki jalan cerita yang serupa. Namun, bila kita amati kembali, kita
juga dapat menemukan beberapa perbedaan yang bukannya tidak berarti. Perbedaan
tersebut terkadang menjadi sebuah alasan bagi orang yang tidak percaya untuk
meragukan kebenaran bahwa Injil diilhamkan oleh Tuhan[1].
Namun alasan tersebut tidaklah masuk akal bila kita memahami ketiga perikop
tersebut dalam konteks situasi dan latar belakang penulis.
Setiap tulisan
Injil, selain diilhami Roh Kudus, juga memanfaatkan daya kreasi manusia. Maka,
bila masing-masing perikop didalami dengan memahami situasi serta maksud
penulis, kita akan dapat memahami perbedaan-perbedaan yang ada secara benar.
Akhirnya, kita dapat menemukan bahwa ketiga kisah tersebut mengacu pada sebuah
peristiwa yang sama meskipun dalam gaya tulisan yang berbeda.
Dari ketiganya,
Markus memiliki gaya tulisan yang paling mengalir. Hal itu disebabkan oleh masa
penulisan Injil Markus yang belum terlalu jauh dengan peristiwa hidup Yesus.
Matius memiliki gaya tulisan yang sistematis yang mementingkan tersampaikannya
pesan tulisan secara baik kepada sidang pembaca. Sementara itu Lukas memiliki
gaya tulisan yang paling baik dan indah.[2]
Hal itu berkaitan dengan latarbelakang kemampuan Lukas untuk berbahasa Yunani dengan lebih
baik. Latar belakang penulis sedikit banyak mempengaruhi pula cara penyampaian
Injil.
Secara umum, ketiga
Injil dapat terbagi dalam dua
bagian besar: (1) Seruan orang buta; dan (2) Tanggapan Yesus serta penyembuhan.
Kedua bagian tersebut terbagi lagi dalam beberapa sub bagian lain. Bagian
pertama terdiri dari: keterangan tempat kejadian, penjelasan tokoh, seruan yang
pertama, dan teguran orang lain yang kemudian diteruskan dengan seruan kedua.
Bagian kedua terdiri dari: jawaban Yesus, permohonan orang buta, sikap Yesus terhadap iman
orang buta dan penyembuhan,
dan mengikuti (dalam Lukas ditambahkan tentang puji-pujian kepada Allah).[3]
Berikut ini perbandingan antara Mat 20:29-34; Mrk 10:46-52; dan Luk 18:35-43.
2.1.1
Seruan Orang Buta (The Appeal)[4]
a)
Keterangan Tempat Kejadian
Ketiga Injil sebenarnya menempatkan lokasi terjadinya
penyembuhan orang buta di tempat yang serupa yaitu Yerikho. Namun, ketiga
pengarang memiliki sudut pandang masing-masing tentang kapan persisnya
peristiwa tersebut terjadi. Matius dan Markus mengungkapkan bahwa peristiwa
penyembuhan terjadi ketika Yesus keluar dari Yerikho (Mat 20:29; Mrk 10:46),
sementara itu Lukas mengungkapkan bahwa peristiwa penyembuhan terjadi ketika
Yesus hampir tiba di Yerikho (Luk 18:35).
Dari perbandingan ketiganya, kita dapat melihat bahwa Markus
sebagai salah satu sumber tulisan Injil diikuti oleh Matius. Hanya saja Matius
meninggalkan kalimat tentang tibanya Yesus di Yerikho. Matius bermaksud
memperhalus urutan Mrk 10:46 yang menurutnya kurang baik (Yesus tiba kemudian
tanpa keterangan apapun begitu saja keluar dari Yerikho?)[5].
Sementara itu, Lukas begitu berbeda dengan menggambarkan bahwa penyembuhan
terjadi ketika Yesus hendak memasuki Yerikho.
Lukas melukiskan kisah ini terjadi ketika Yesus mendekati
Yerikho dengan maksud untuk menyesuaikan kisah ini dengan kisah selanjutnya
yaitu tentang Zakheus[6]
yang diperolehnya dari sumber khusus[7].
Biasanya Lukas mendahulukan sumber Markus dibanding yang lain. Namun demi
menyesuaikan maksud Lukas tentang pemahamannya akan Yesus ialah Kristus, tetapi
Sang Kristus yang akan menderita, maka sumber lain didahulukan. Dalam perikop
penyembuhan orang buta, gelar Yesus sebagai Mesias diafirmasi lewat puji-pujian
orang banyak kepada Allah. Kemudian dalam cerita Zakheus, suasana tiba-tiba
terbalik yaitu Yesus menjadi Mesias yang tidak dikehendaki. Urutan cerita
demikian sesuai dengan maksud penulisan Lukas.
b)
Penjelasan Tokoh
Kisah dalam ketiga perikop ini menggambarkan penyembuhan “orang
buta”. Ketiga penginjil memiliki caranya masing-masing dalam menampilkan orang
yang disembuhkan. Matius mengisahkan bahwa terdapat dua orang yang disembuhkan
oleh Yesus (Mat 20:30). Sementara itu, Lukas dan Markus mengisahkan bahwa
terdapat seorang saja (Luk 18:35; Mrk 10:46). Dibandingkan dangan Lukas, Markus memberi perhatian khusus kepada seorang buta tersebut dengan
menyebutkan namanya.
Perbedaan tersebut dapat dimengerti dengan mudah bila kita
memahami latar tempat peristiwa. Penyembuhan terjadi di Yerikho yang pada
dasarnya merupakan sebuah kota yang ramai (kota yang dilintasi para peziarah). Di sepanjang jalan Yerikho
sangat biasa terdapat banyak pengemis[8].
Selama peziarah yang hendak ke Yerusalem lewat, mereka berseru-seru memohon sedekah.
Ahli berpendapat bahwa dua orang buta yang dimaksud Matius, salah satunya
adalah Bartimeus menurut Markus dan sama dengan seorang yang disebut Lukas[9].
Ahli lain mengatakan bahwa itu dipengaruhi oleh kecenderungan Matius untuk memberi
perhatian pada penggunaan jumlah dua seperti misalnya dalam Mat 8:28 dan Mat
9:27[10].
Sementara itu, kita juga dapat memperhitungkan beberapa teori
dari para ahli mengenai perbedaan jumlah orang buta tersebut. Agustinus
berpendapat bahwa saat Yesus memasuki Yerikho, Ia menyembuhkan seorang buta dan seorang lain ketika
keberangkatan-Nya dari Yerikho. Sementara itu, J.A.W Neander berpendapat bahwa
perbedaan yang Matius buat disebabkan oleh sikap Matius yang menyatukan begitu
saja dua peristiwa yang terjadi (bdk. pendapat Agustinus di atas).[11]
Di sisi lain,
Lukas dan Markus memberikan perhatian kisah mereka kepada seorang buta
saja. Meskipun begitu, Lukas meninggalkan detail Markus yang menyebutkan nama
seorang buta tersebut. Diduga, Lukas meninggalkan detail nama “Bartimeus” yang mungkin berarti “anak Timotius”
karena nama itu asing
dan aneh bagi sidang pembacanya.[12]
Penyebutan nama
“Bartimeus” oleh Markus (padahal
Markus sangat jarang mencatat nama orang yang disembuhkan Yesus) diduga karena mungkin Bartimeus dikenal
oleh Markus pada saat ia menuliskan Injilnya[13]
(mungkin ia telah menjadi anggota gereja perdana yang cukup dikenal).
c)
Seruan yang Pertama
Sebelum sampai pada seruan orang buta kepada Yesus, kita akan
mendapati perbedaan gaya antara Matius, Markus, dan Lukas dalam menjelaskan
bagaimana orang buta tersebut mengetahui keberadaan Yesus. Dalam Matius dan
Markus, penulis melukiskan bahwa kabar tentang Yesus yang lewat didengar sendiri
oleh orang buta tersebut (Mat 20:30; Mrk 10:47). Sementara itu, Lukas
menggunakan modus lisan dengan pertanyaan: “Apa itu?” yang kemudian dijawab
oleh orang: “Yesus orang Nazaret lewat” (Luk 18:36-37). Perbedaan ini tidak
terlalu membingungkan karena pada intinya ketiganya tetap sama.
Dari ketiga injil, Markus dan Lukas menuliskan Yesus orang
Nazaret. Pada teks aslinya, keterangan Nazaret tidak menggunakan nazarenos seperti yang pernah tercantum
dalam Mrk 1:24; 14:67; 16:6 atau dalam Luk 4:34; 24:19. Pada perikop-perikop
itu, istilah nazarenos merujuk pada
kampung halaman Yesus.[14]
Pada perikop Mrk 10:47 dan Luk 18:37, penulis menggunakan kata nazaraios. Penggunaan kata nazaraios, bila dibandingkan dalam Kis
24:5, ternyata adalah sebuah istilah yang digunakan orang-orang yahudi untuk
mengejek golongan Kristen (bdk. Yoh 1:47).[15]
Kemungkinan, hal inilah yang menjadi alasan Matius untuk meninggalkan kata nazaraios yang tetap dipertahankan oleh
Markus dan Lukas. Kita juga perlu mengingat bahwa tujuan Injil Matius ditulis
ialah untuk meneguhkan jemaat di masa transisi dan perpecahan dengan kelompok
Yahudi.[16]
Julukan yang mengejek tersebut tidak sesuai dengan maksud penulis Matius
sehingga ditinggalkan.
Setelah orang buta mengerti siapa yang melewatinya, ia mulai berteriak.
Dalam Matius, kedua orang buta berteriak: “Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!”
Sementara itu, dalam Lukas dan Markus, orang buta berteriak: “Yesus, Anak Daud,
kasihanilah aku!” Lukas dan Matius sesungguhnya bersamaan menggunakan Markus
sebagai bahan. Tetapi, Matius meredaksi seruan orang buta karena ingin
menunjukkan secara implisit suara kepercayaan (faith) dari orang buta. Dalam Injil Matius, hanya orang percayalah
yang memanggil Yesus dengan sebutan Tuhan (Yunani: Kyrios).
Hal tersebut dilakukan Matius sebagai kosekuensi dari penghilangan seruan
eksplisit akan iman orang buta.[17]
Bila kita lihat ketiga Inijl, hanya Matius yang tidak mencantumkan ucapan:
“imanmu telah menyelamatkan engkau!” (bdk. Mrk 10:52; bdk. Luk. 18:42).
Ketiga Injil menggambarkan orang buta tersebut menyerukan
Yesus sebagai Anak Daud. Anak Daud sebenarnya gelar yang tidak familier. Bahkan
dalam Markus merupakan yang pertama kali.[18]
Seruan ini juga ingin melukiskan warta mesianis Yesus. Dalam cara Yahudi, Anak Daud mengacu
pada sang Mesias yang akan datang. Yesus, sebelum peristiwa ini, senantiasa
melarang siapa saja yang secara eksplisit memanggil-Nya demikian.[19]
Pada momen kali ini Yesus
tidak menegornya. Sikap itu menggambarkan bahwa Yesus menerima gelar tersebut
diatributkan kepada-Nya. Pada ayat berikutnya, justru orang-orang di sanalah yang menegor dia.
Seruan Anak Daud yang dilakukan orang buta kemungkinan juga
akibat asosiasinya terhadap Salomo. “Anak Daud yang terkenal” ialah Salomo dan
ia dikenal sebagai pengusir setan (tradisi Yahudi saat itu sering menghubungkan
sakit dengan pengaruh setan). Matius yang berlatar belakang budaya Yahudi, menjadikan seruan ini sebagai
salah satu cara menggambarkan Yesus yang melebihi Salomo karena selain mengusir setan, Ia juga mampu
menyembuhkan semua penyakit dan kelemahan.[20]
Namun, yang paling umum, ungkapan “Anak Daud” menunjuk pada pengakuan akan
kemesiasan Yesus.
d)
Teguran Orang lain dan Seruan Kedua
Setelah orang buta dalam kisah berseru, orang-orang di sekitar
Yesus menyuruhnya diam (Mat 20:31; Mrk 10:48; Luk 18:39). Bagian ini kita
temukan di dalam ketiga Injil dengan cara yang sama tanpa perlu diperdebatkan.
Namun, ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan alasan orang-orang di
sekitar Yesus menegur orang buta. Alasan yang paling umum ialah karena
mengganggu.[21] Namun ada pendapat yang
menyatakan bahwa teguran tersebut merupakan wujud ketidaksenangan orang terhadap sikap orang buta yang mengatributkan
julukan Anak Daud yang merujuk pada sang Mesias yang dinantikan kepada Yesus.[22]
Teguran orang lain tidak membuat orang buta tersebut diam.
Sebaliknya, dia semakin keras berseru kepada Yesus. Kegigihan tersebut, oleh
Matius dijadikan sebagai tanda iman orang buta.[23]
Pada seruan yang kedua ini, Lukas melukiskannya secara berbeda dengan Matius dan
Markus. Matius dan Markus menggunakan kata κραζω pada seruan yang kedua. Kata
ini cukup kasar karena biasa digunakan untuk menggambarkan teriakkan, atau
“seruan” yang dibuat oleh hewan.[24]
Hal itu kemungkinan disebabkan oleh keterbatasan Matius dan Markus dalam memilih kata-kata Yunani yang tepat. Sementara itu,
Lukas menggunakan kata ελεεω yang
sama digunakan pada Luk 17:13 (penyembuhan orang kusta). Kata ελεεω memiliki nada yang lebih halus
karena lebih bersifat emosional manusiawi.[25]
Dalam Lukas, kata ελεεω digunakan
untuk menunjukkan bahwa teriakan orang buta kali ini lebih intensif dari
sebelumnya. Ini merupakan tanda bahwa orang buta benar-benar ingin disembuhkan.
2.1.2
Tanggapan Yesus dan Penyembuhan (The
Healing)[26]
a)
Tanggapan
Yesus
Ketiga Injil
menampilkan cara yang berbeda perihal proses bagaimana Yesus menanggapi orang
buta tersebut. Matius menggambarkan bahwa Yesus berhenti dan memanggil orang
buta tersebut secara langsung. Sementara itu, Markus dan Lukas melukiskan bahwa
Yesus menyuruh orang lain untuk memanggil orang buta. Kemungkinan, Matius
meninggalkan rangkaian dialog dalam Mrk 10:49-50 untuk menghemat kata-kata
(sebab ketika itu media penulisan Injil cukup mahal)[27].
Kita perlu ingat juga bahwa Markus memiliki gaya menulis yang lebih naratif, sedangkan
Matius lebih sistematis (yang terutama pesan Injil ditangkap oleh sidang
pembaca).
Markus dan
Lukas menggambarkan bahwa Yesus meminta orang lain untuk memanggil orang yang
buta itu. Markus menggunakan kalimat: Lalu Yesus berhenti dan berkata, “Panggil
dia”. Dan mereka memanggil orang buta. Markus bermaksud menunjukkan kuasa Yesus
terhadap mereka yang sebelumnya telah mencoba menyuruh Bartimeus diam dan mengantisipasi
bahwa mereka harus menjadi pembawa pesannya.[28]
Sementara itu, meskipun Lukas menggunakan cara yang sama dengan Markus, hanya
saja ia menghilangkan detail Mrk 10:49-50. Kemungkinan, Lukas juga bermaksud
menghemat kata-kata yang ditulis atas alasan ekonomis.[29]
Markus
memiliki sebuah deskripsi khusus tentang orang buta. Markus melukiskan bahwa
orang buta itu menanggalkan jubahnya dan segera mendapatkan Yesus. Bagian ini
merupakan konsekuensi dari gaya penulisan Markus yang hidup (inggris: vivid).[30]
Gaya penulisan yang hidup seperti Markus kurang diminati oleh Matius dan Lukas.
Akibatnya, Matius dan Lukas meninggalkan deskripsi pada bagian ini. Namun,
Markus mendeskripsikan hal tersebut bukannya tanpa makna. Diduga, aktivitas
orang buta yang menanggalkan pakainnya merupakan simbol melepaskan diri dari
cara hidup lama.[31]
Setelah orang
buta menghadap-Nya, Yesus menyampaikan tanggapan-Nya dengan bertanya: “Apa yang
kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Pertanyaan ini kita temukan sama dalam
ketiga Injil (Mat 20:32; Mrk 10:51; Luk 18:41). Sebenarnya, Yesus sudah tahu
keinginan orang buta, tetapi kemungkinan besar, Yesus menginginkan supaya
permintaan tersebut diutarakan oleh orang buta itu.[32]
Atau kemungkinan lain, Yesus terlebih dahulu berdialog sebelum menyembuhkan
agar Ia dapat berelasi secara personal dengan orang buta tersebut.[33]
Pertanyaan Yesus mungkin juga menjadi cara bagi Yesus untuk memberi kekuatan
bagi orang buta agar ia percaya.[34]
b)
Permohonan
Orang Buta
Pada intinya,
ketiga Injil melukiskan permohonan yang sama yang diajukan oleh orang buta
yaitu supaya ia dapat melihat. Hanya saja, ada sebuah perbedaan antara
Matius-Lukas dan Markus yaitu pada julukan yang diberikan kepada Yesus. Matius
dan Lukas menggunakan seruan Tuhan, sedangkan Markus menggunakan Rabuni.
Pada Markus,
kata Rabuni merupakan bentuk yang lebih tinggi daripada sekedar Rabi. Sementara
itu, dalam Lukas, penyebutan kata Tuhan bertujuan untuk membandingkannya dengan
ungkapan Anak Daud.[35].
Selain itu, pada dasarnya, tidak pernah Lukas menggunakan kata Rabuni untuk
menunjuk kepada Yesus. Matius juga sejalan dengan Lukas yaitu ia lebih memilih
kata kyrios daripada Rabuni. Dalam
konteks Matius, kemungkinan besar Matius ingin menunjukkan bahwa orang buta
tersebut beriman, sebab dalam Matius hanya orang yang percayalah yang memanggil
Yesus dengan sebutan Tuhan.[36]
Permohonan
orang buta dalam ketiga Injil hanya satu yaitu supaya ia dapat melihat. Markus
menggunakan kata anablepein yang
menunjuk pada konteks mendapatkan kembali pengelihatan yang pernah hilang. Di
sini, Markus juga menyisipkan maksud implisit yaitu penyembuhan Bartimeus
adalah penyembuhan untuk melihat baik secara fisik maupun rohani.[37]
Sementara itu, Matius menghubungkan permintaan untuk melihat dengan nubuat nabi
Yesaya, “Pada harinya… mata orang buta akan melihat” (Yes 29:18). Kisah ini,
pada keseluruhannya sangat erat hubungannya dengan warta mesianis Yesus.
[1]
Walter M.Post, Tafsiran Injil Markus,
(Bandung: Penerbit Kalam Hidup, [...]) hlm.114.
[2]
Alfred Plummer, Critica and Exegetical
Commentary on The Gospel Accorading to St. Luke, (Ediburgh: T&T LTD,
1983), hlm.431.
[3]
Bdk. Darrel L.Bock, Luke Volume 2:
9:51-24:53, (Michigan: Baker Books, 2002), hlm. 1507.
[4]
Darrel L.Bock, Luke Volume 2..., hlm.
1507.
[5]
Daniel J. Harrington, Sacra Pagina The
Gospel of Matthew, (Minisota: The Liturgical Press, 1991), hlm. 290.
[6]
Daniel J.Harrington, Sacra Pagina The
Gospel of Luke, (Minisota: The Litrugical Press, 1991), hlm.283.
[7]
LBI (Lembaga Biblika Indonesia), Injil
Lukas, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hlm.441.
[8]
Willoughby C.Allen, Critica and
Exegetical Commentary On The Gospel According to St. Matthew, (Ediburgh:
T&T Clarck LTD, 1983), hlm.[...].
[9] Willoughby C. Allen, Critica...St.Matthew..., hlm.[...]
[10]
Daniel J. Harrington, Sacra
Pagina...Matthew..., hlm.290.
[11] Daniel L. Bock, Luke Volume 2..., hlm.1503.
[12]
LBI, Tafsir Lukas..., hlm.441.
[13]
Walter M.Post, Tafsiran Injil Markus...,
hlm.115.
[14]
Daniel J. Harrington, Sacra Pagina The
Gospel of Mark, (Minisota: The Litrugical Press, 1991)hlm.317; dan Daniel
J.Harrington, Sacra Pagina...Luke...,
hlm.284.
[15]
B.J. Boland, Tafsiran Lukas (9:51-24:53),
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982), hlm.178.
[16] Penjelasan
dalam Kuliah Injil Sinoptik oleh P.Norberth Sinaga, Lic., S., Th. Pada 15 April
2015.
[17]
Daniel J. Harrington, Sacra
Pagina...Matthew..., hlm.290.
[18]
Ezra P.Gould, Critica and...to St.Mark...,
hlm.205.
[19]
Frederick Dale Bruner, Matthew a Commentary
Vol 2: The Church book 13-28, (Cambridge: Eerdmans Publishing Company,
2004), hlm. 349.
[20]
Daniel J. Harrington, Sacra
Pagina...Matthew..., hlm.292.
[21]
Frederick Dale Bruner, Matthew...vol.2...,
hlm.350.
[22]
Ezra P.Gould, Critica and...to St.Mark...,
hlm.206.
[23]
Frederick Dale Bruner, Matthew...vol.2...,
hlm.350.
[24]
Alfred Plummer, Critica and...to St. Luke,
hlm.431.
[25]
Darrell L.Bock, Luke Volume 2...,
hlm.1507.
[26]
Darrel L.Bock, Luke Volume 2..., hlm.
1507.
[27] Bdk. Paulus Toni Tantiono, Injil-Injil Sinoptik, (Pematangsiantar:
Fakultas Filsafat Universitas St. Thomas, 1998), hlm.20. (diktat)
[33]
Frederick Dale Bruner, Matthew...vol.2...,
hlm.350.
[34]
Frederick Dale Bruner, Matthew...vol.2...,
hlm.350.
[36] Daniel
J. Harrington, Sacra Pagina...Matthew...,
hlm.290.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar